ilustrasi-tertinggal-di-tengah-gurun-syiar-umroh-surabaya-dalam-kisah-sahabat-aisyah-syiar-umroh-surabaya

Kisah Sahabat Aisyah Binti Abu Bakar Ra.

Ketika Aisyah RA Mendapat Fitnah Berselingkuh dengna Shafwan RA

Dalam Kisah sahabat kali ini, kita akan membahas kisah sahabiah Aisyah Binti Abu Bakar Ra. Yang beliau juga merupakan istri dari Rasulullah ﷺ. Kisah iini juga manjadi asbabun nuzul untuk surah An Nur ayat 11 – 22.

Dalam perjalanan pulang ke Madinah setelah perang melawan Bani Musthaliq th 5 atau 6 H inilah. Terjadi suatu peristiwa yang mengganggu ketenteraman hati Rasulullah ﷺ karena kejadian ini mengenai istri Rasulullah ﷺ yang kali ini ikut dalam peperangan, yaitu Aisyah.

Tertinggal nya kalung Aisyah RA.

Aisyah dalam kejadian ini bercerita panjang sbb,

“Setelah selesai dari peperangan, Rasulullah ﷺ kemudian bergegas pulang dan memerintahkan orang-orang agar segera berangkat pada malam hari.

Pada saat semua orang sedang berkemas-kemas hendak berangkat aku lalu keluar. Untuk membuang hajat, kemudian aku kembali hendak bergabung dengan rombongan.

Pada saat itu kuraba-raba kalung di leherku tetapi ternyata tidak ada. Kemudian aku kembali lagi ke tempat aku buang hajat tadi untuk mencari kalung hingga dapat kutemukan kembali.

Pada saat aku sedang mencari kalung kemudian datanglah orang-orang yang bertugas untuk melayani unta tungganganku. Mereka sudah siap segala-galanya. Dan mereka menduga bahwa aku telah berada di dalam haudaj (rumah kecil yang terpasang di punggung unta).

Oleh sebab itulah haudajnya mereka angkat, kemudian diikatkan pada punggung unta.

Mereka sama sekali tidak menduga bahwa aku tidak berada di dalam haudaj. Karena itu mereka segera memegang tali kekang lalu mulai berangkat.

Ketika aku kembali ke tempat perkemahan tidak kujumpai seorangpun yang masih tinggal disana karena semua orang telah berangkat ke Madinah.

Ilustrasi wanita tertinggal di tengah gurun dalam kisah sahabat aisyah syiar umroh surabaya
Ilustrasi wanita tertinggal di tengah gurun

Dengan berselimutkan jilbab, aku kemudian berbaring di tempat itu. Karena aku berpikir pada saat mereka mencari-cari aku tentu mereka akan kembali ke tempatku semula.

Kisah Bertemunya Sahabat Shafwan Bin Mu’atthal RA dengan Aisyah Binti Abu Bakar Ra

Demi Allah pada saat aku sedang berbaring tiba-tiba Shafwan bin Mu’atthal lewat, agaknya ia bertugas di bagian belakang pasukan.

Dari kejauhan ia melihat bayang-bayangku, ia kemudian mendekatiku lalu ia berdiri di depanku.

Ia sudah melihat dan mengenaliku sebelum kaum wanita dikenakan wajib berhijab, dan ketika ia melihatku, lalu ia berucap,

“Innalillahi wa innailaihi roojiun! Istri Rasulullah!”

Aku pun terbangun oleh ucapannya itu tapi aku tetap menutup diriku dengan jilbabku,

“Demi Allah, saya tidak mengucapkan satu kalimatpun dan aku tidak mendengar ucapan darinya kecuali ucapan tarji’ “innalillahi wa innailaihi roojiun” itu.

Kemudian dia merendahkan untanya lalu aku menaiki untanya. Kemudian ia berangkat menuntun dan tidak ikut menaiki unta kendaraan yang aku naiki sampai kami tiba di Nahri Adh_Dhahirah. Tempat dimana pasukan turun beristirahat.”

Munculnya Fitnah dalam Barisan Muslimin

Disinilah mulai tersebar fitnah tentang diriku bahwa aku berselingkuh dengan Shafwan. Dan fitnah ini bersumber dari mulut Abdullah bin Ubay bin Salul,” demikianlah yang Aisyah ceritakan.

“Lihat! Mengapa istri Rasulullah ﷺ berjalan bersama orang yang bukan mahramnya!” seru Abdullah bin Ubay, mungkinkah mereka ternyata saling menyukai?”

Beberapa orang muslim ada yang termakan oleh hasutan ini sehingga berita bohong itu tersebar dengan cepat.

Kali ini, bukan saja disebarkan oleh Abdullah bin Ubay saja, tetapi juga oleh orang-orang lain.

Aku sendiri, kata Aisyah, tidak mengetahui adanya fitnah atau berita bohong ini. Karena aku sedang jatuh sakit begitu tiba di Madinah.

Aisyah lalu melanjutkan ceritanya,

“Setibanya di Madinah, kesehatanku mulai terganggu sehingga aku sakit selama sebulan. Dan pada saat itu rupanya orang-orang sudah banyak yang mendesas-desuskan berita bohong itu. Sedangkan pada waktu itu aku belum mendengarnya, hanya saja aku tidak melihat kelembutan dari Rasulullah ﷺ yang biasa kurasakan ketika aku sakit. Beliau hanya masuk lalu mengucapkan salam dan bertanya,

“Bagaimana keadaanmu?”

Setelah aku agak sehat, lanjut Aisyah, pada suatu malam aku keluar bersama ummy Masthah untuk membuang hajat dan pada waktu itu kami belum membuat WC khusus.

Sampainya Fitnah ke Telinga Aisyah RA

Pada saat kami pulang dari membuang hajat tiba-tiba Ummu Masthah terkantuk dalam keadaan berjalan hingga jatuh kesakitan dan terlontar ucapan dari mulutnya, “Celakalah si Masthah!”

Ia pun kutegur,

“Alangkah buruknya ucapanmu !”

Ummu Masthah kemudian bertanya,

“Apakah ibu tidak mendengar apa yang dikatakan oleh orang banyak?”

Ia kemudian menceritakan kepadaku berita bohong yang tersebar. Sehingga sakitku semakin bertambah parah dan aku menangis hingga pagi hari. Sampai air mataku terus menetes dan aku tak dapat tidur lagi” demikian Aisyah melanjutkan ceritanya.

Rasulullah ﷺ kemudian meminta pendapat kepada para sahabatnya tentang diriku, lanjut Aisyah.

“Wahai Rasulallah, para istrimu adalah keluargamu, kami tidak mengetahui tentang mereka kecuali kebaikan,” jawab para sahabat.

Rasulullah ﷺ kemudian memanggil Bariroh pelayan perempuan Aisyah, dan kemudian Rasulullah ﷺ bertanya,

“Apakah kamu melihat sesuatu yang mencurigakan dari Aisyah?”

Barirah kemudian menjawab bahwa ia tidak mengetahui Aisyah kecuali bahwa Aisyah adalah orang yang baik.

Setelah itu akhirnya Rasulullah ﷺ berdiri di atas mimbar.

Di atas mimbar Rasulullah ﷺ lalu bersabda,

“Wahai kaum muslimin siapa yang akan membelaku dari laki-laki yang telah menyakiti keluargaku dengan menyebarkan berita bohong?

Demi Allah, aku tidak mengetahui dari keluargaku kecuali yang baik. Sesungguhnya mereka yang menyebarkan berita bohong itu telah menyebut nama seorang laki-laki (shofwan) yang aku tidak mengenal kecuali ia adalah sebagai orang yang baik.”

Berita bohong tersebut telah menyakiti hatiku dan keluargaku.”

Rasulullah ﷺ Sempat Terganggu dengan Fitnah Ini

Setelah Rasulullah ﷺ berpidato di atas mimbar kemudian beliau datang mengunjungi Aisyah yang pada saat itu memang sedang dirawat di rumah orangtuanya, Abu Bakar.

Aisyah lalu melanjutkan ceritanya,

Kemudian Rasulullah ﷺ datang ke rumahku, dan pada saat itu ayah Ibuku berada di rumah. Dan ayah Ibuku telah menyangka bahwa tangisanku telah menghancurluluhkan hatiku.”

Sejak tersebar berita bohong itu, Rasulullah ﷺ tidak pernah lagi duduk di sisiku. Dan selama sebulan beliau juga tidak pernah mendapatkan wahyu tentang diriku.

Ketika Rasulullah ﷺ sedang duduk dan setelah membaca puji syukur ke hadirat Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى lalu beliau bersabda kepadaku,

“Ya Aisyah aku telah mendengar mengenai apa yang dibicarakan orang tentang dirimu. Jika engkau tidak bersalah Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى pasti akan membebaskan dirimu. Tetapi jika engkau telah melakukan dosa mintalah ampun kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dan bertobatlah kepada Nya.”

Pembelaan dari Kedua Orang Tua Aisyah RA.

Selesai Rasulullah ﷺ mengucapkan itu, tanpa kurasakan air mataku bertambah bercucuran, kemudian aku katakan kepada Ayahku,

“Ayah, berilah jawaban kepada Rasulullah ﷺ mengenai diriku!”

Ayahku menjawab,

“Demi Allah aku tidak tahu bagaimana aku harus menjawab.”

Aku katakan pula kepada Ibuku,

“Ibuku berilah jawaban kepada Rasulullah ﷺ mengenai diriku”

Dia pun menjawab,

“Demi Allah aku tidak tahu bagaimana aku harus menjawab.”

Lalu aku berkata,

“Demi Allah, sesungguhnya kalian telah mendengarkan itu sehingga kalian telah membenarkannya. Jika aku katakan kepada kalian bahwa aku tidak bersalah. Allah maha mengetahui bahwa aku tidak bersalah pasti kalian akan membenarkan aku.

Demi Allah aku tidak menemukan perumpamaan untuk diriku dan kalian. Kecuali sebagaimana yang dikatakan oleh Nabi Yusuf Alaihissalam: “Sebaiknya aku bersabar kepada Allah sajalah. Aku mohon pertolongan atas apa yang kalian lukiskan.”

Air mata Abu Bakar pun berlinang ketika puterinya mendapat fitnah, kemudian ia berkata,

“Demi Allah belum pernah disebut-sebut ada persoalan semacam ini pada masa jahiliyah, padahal ketika itu orang tidak menyembah Allah. Tetapi sekarang pada masa memancarkan sinar kemuliaan Islam orang-orang justeru menyebarkan berita fitnah seperti ini kepada keluargaku!”

Terbebaskannya Aisyah oleh Allah dari Berita Fitnah

Setelah itu Aisyah lalu berbaring di atas tempat tidur dalam keadaan yang sangat lemah, dan pada saat itu pula mendadak Rasulullah ﷺ juga terkulai lemah karena Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى sedang menurunkan firmannya sehingga keringat beliau bercucuran karena beratnya wahyu yang turun,

إِنَّ الَّذِينَ جَاءُوا بِالْإِفْكِ عُصْبَةٌ مِنْكُمْ ۚ لَا تَحْسَبُوهُ شَرًّا لَكُمْ ۖ بَلْ هُوَ خَيْرٌ لَكُمْ ۚ لِكُلِّ امْرِئٍ مِنْهُمْ مَا اكْتَسَبَ مِنَ الْإِثْمِ ۚ وَالَّذِي تَوَلَّىٰ كِبْرَهُ مِنْهُمْ لَهُ عَذَابٌ عَظِيمٌ

“Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga. Janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu. Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya. Dan siapa di antara mereka yang mengambil bagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu baginya azab yang besar.”

(Surah An-Nur / 24:11)

لَوْلَا إِذْ سَمِعْتُمُوهُ ظَنَّ الْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بِأَنْفُسِهِمْ خَيْرًا وَقَالُوا هَٰذَا إِفْكٌ مُبِينٌ

“Mengapa di waktu kamu mendengar berita bohong itu orang-orang mukminin dan mukminat tidak bersangka baik terhadap diri mereka sendiri, dan (mengapa tidak) berkata: Ini adalah suatu berita bohong yang nyata.”

(Surah An-Nur / 24:12)

لَوْلَا جَاءُوا عَلَيْهِ بِأَرْبَعَةِ شُهَدَاءَ ۚ فَإِذْ لَمْ يَأْتُوا بِالشُّهَدَاءِ فَأُولَٰئِكَ عِنْدَ اللَّهِ هُمُ الْكَاذِبُونَ

“Mengapa mereka (yang menuduh itu) tidak mendatangkan empat orang saksi atas berita bohong itu? Oleh karena mereka tidak mendatangkan saksi-saksi maka mereka itulah pada sisi Allah orang-orang yang dusta.”

(Surah An-Nur / 24:13)

وَلَوْلَا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ لَمَسَّكُمْ فِي مَا أَفَضْتُمْ فِيهِ عَذَابٌ عَظِيمٌ

“Sekiranya tidak ada karunia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu semua di dunia dan di akhirat, niscaya kamu ditimpa azab yang besar, karena pembicaraan kamu tentang berita bohong itu.”

(Surah An-Nur / 24:14)

إِذْ تَلَقَّوْنَهُ بِأَلْسِنَتِكُمْ وَتَقُولُونَ بِأَفْوَاهِكُمْ مَا لَيْسَ لَكُمْ بِهِ عِلْمٌ وَتَحْسَبُونَهُ هَيِّنًا وَهُوَ عِنْدَ اللَّهِ عَظِيمٌ

“(Ingatlah) di waktu kamu menerima berita bohong itu dari mulut ke mulut dan kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit juga, dan kamu menganggapnya suatu yang ringan saja. Padahal dia pada sisi Allah adalah besar.”

(Surah An-Nur / 24:15)

وَلَوْلَا إِذْ سَمِعْتُمُوهُ قُلْتُمْ مَا يَكُونُ لَنَا أَنْ نَتَكَلَّمَ بِهَٰذَا سُبْحَانَكَ هَٰذَا بُهْتَانٌ عَظِيمٌ

“Dan mengapa kamu tidak berkata, di waktu mendengar berita bohong itu: Sekali-kali tidaklah pantas bagi kita memperkatakan ini, Maha Suci Engkau (Ya Tuhan kami), ini adalah dusta yang besar.”

(Surah An-Nur / 24:16)

يَعِظُكُمُ اللَّهُ أَنْ تَعُودُوا لِمِثْلِهِ أَبَدًا إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ

“Allah memperingatkan kamu agar (jangan) kembali memperbuat yang seperti itu selama-lamanya, jika kamu orang-orang yang beriman.”

(Surah An-Nur / 24:17),

وَيُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمُ الْآيَاتِ ۚ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ

“dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kamu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”

(Surah An-Nur / 24:18),

إِنَّ الَّذِينَ يُحِبُّونَ أَنْ تَشِيعَ الْفَاحِشَةُ فِي الَّذِينَ آمَنُوا لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ ۚ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

“Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat. Dan Allah mengetahui, sedang, kamu tidak mengetahui.”

(Surah An-Nur / 24:19),

وَلَوْلَا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ وَأَنَّ اللَّهَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ

“Dan sekiranya tidak karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu semua, dan Allah Maha Penyantun dan Maha Penyayang, (niscaya kamu akan ditimpa azab yang besar).”

(Surah An-Nur / 24:20),

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ ۚ وَمَنْ يَتَّبِعْ خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ فَإِنَّهُ يَأْمُرُ بِالْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ ۚ وَلَوْلَا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ مَا زَكَىٰ مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ أَبَدًا وَلَٰكِنَّ اللَّهَ يُزَكِّي مَنْ يَشَاءُ ۗ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan. Barang siapa yang mengikuti langkah-langkah syaitan, maka sesungguhnya syaitan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar. Sekiranya tidak karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorang pun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

(Surah An-Nur / 24:21).

Setelah menerima wahyu tersebut kemudian Rasulullah ﷺ selalu memandang aku, kata Aisyah melanjutkan ceritanya, dengan tersenyum sambil bersabda,

“Bergembiralah, ya Aisyah, sesungguhnya Allah telah membebaskan kamu.”

Penuduh Zina Terhadap Aisyah Mendapat Hukuman

Setelah Rasulullah ﷺ membebaskanku, kata Aisyah, dari tuduhan zina melalui firman Allah tersebut maka ibuku kemudian berkata kepadaku,

“Berdirilah nak dan berterimakasihlah kepada Rasulullah ﷺ!”

Akupun seketika menjawab,

“Tidak, demi Allah aku tidak akan berterima kasih kepada Rasulullah ﷺ karena aku tidak akan berterima kasih/memuji kepada siapapun kecuali kepada Allah semata karena Dia-lah yang menurunkan pembebasanku.”

Sebelum peristiwa itu, Abu Bakar selalu membiayai kehidupan Masthah karena kekerabatan dan kemiskinannya, namun karena ia menuduh Aisyah berzina maka Abu Bakar kemudian tidak mau melakukannya lagi, dan ia pun kemudian berkata,

“Demi Allah saya tidak akan membiayai kehidupannya lagi karena ucapannya yang nenuduh zina kepada Aisyah!”

Oleh karenananya, maka Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

وَلَا يَأْتَلِ أُولُو الْفَضْلِ مِنْكُمْ وَالسَّعَةِ أَنْ يُؤْتُوا أُولِي الْقُرْبَىٰ وَالْمَسَاكِينَ وَالْمُهَاجِرِينَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ۖ وَلْيَعْفُوا وَلْيَصْفَحُوا ۗ أَلَا تُحِبُّونَ أَنْ يَغْفِرَ اللَّهُ لَكُمْ ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

“Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat(nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang,”

(Surah An-Nur / 24:22).

Mendengar firman ini Abu Bakar kemudian berkata,

“Demi Allah sungguh aku ingin mendapat ampunan dari Allah.”

Setelah itu, maka Abu Bakar kemudian kembali membiayai kehidupan Masthah lag. Sementara itu Rasulullah ﷺ segera membacakan firman Allah itu kepada kaum muslimin.

Setelah itu, kemudian Rasulullah ﷺ menjatuhkan hukuman kepada para penuduh zina terhadap Aisyah.

Para penyebar fitnah tuduhan zina terhadap Aisyah antara lain ialah,

  1. Masthah bin Utsatsah,
  2. Hasan bin Tsabit dan
  3. Hamnah binti Jahsy

Oleh karenanya, mereka semua kemudian Mendapat hukuam hadd (dera) sebanyak 80 kali cambukan karena qadzaf (menuduh Aisyah berzina tanpa bukti).

Mari bergabung dalam komunitas pencinta pencinta siroh nabawi. Karena akan ada banyak kisah Siroh Nabi Muhammad ﷺ , para sahabat dan sahabiyah dan para Ulama yang dapat kita ambil hikmahnya.

Scroll to Top