Kisah ini mengisahkan seorang sahabat yang bernama, Zaid bin Arqam RA. Ia adalah sahabat dari kalangan Anshar yang telah memeluk Islam ketika masih anak-anak. Ketika terjadi perang Uhud, ia bergabung dengan pasukan muslim yang siap berangkat. Tetapi keberadaannya diketahui oleh Nabi SAW dan beliau memulangkannya, karena ia masih sangat muda. Ia sangat sedih dengan larangan Rasulullah ini.
Persaksian seorang anak diabaikan


Pada tahun 5 hijriah Zaid mengikuti peperangan Bani Musthaliq. Usai peperangan, ketika masih menetap di Muraisi, sempat terjadi ketegangan antara kaum Muhajirin dan Anshar. Yang dipicu oleh persenggolan ketika mengambil air di mata air, antara Jahjah al Ghifary, orang upahan Umar bin Khaththab, dan Sinan bin Wabar al Juhanny, salah seorang sahabat Anshar.
Perselisihan ini sendiri sebenarnya telah bisa Rasulullah SAW damaikan. Tetapi tokoh munafiq, Abdullah bin Ubay mengomentari peristiwa itu. Ia berkata kepada kaumnya, “Inilah yang kalian lakukan, andaikata kalian tidak memberikan harta kalian kepada mereka, tentu mereka akan berpindah ke tempat lain. Demi Allah, jika kita telah kembali ke Madinah, maka penduduknya yang mulia akan benar-benar mengusir penduduknya yang hina.”
Zaid bin Arqam, berada satu kabilah dengan tokoh munafik itu. Begitu mendengar ucapan Abdullah bin Ubay ini merasa tidak senang, ia menyampaikan hal itu kepada pamannya. Dan pamannya mengabarkannya kepada Nabi SAW. Umar bin Khaththab yang saat itu bersama Rasulullah SAW, meminta beliau agar menyuruh Abbad bin Bisyr RA membunuh tokoh munafik ini. Tetapi beliau tidak mengijinkannya.
Setelah Abdullah bin Ubay mengetahui bahwa Nabi SAW telah mendengar ucapannya ini. Segera saja ia menemui beliau dan bersumpah atas nama Allah, bahwa ia tidak mengatakan seperti apa yang Zaid Bin Arqam sampaikan. Abdullah bin Ubay adalah salah satu tokoh masyarakat Madinah, dan Zaid bin Arqam hanya seorang pemuda remaja. Karena itu ada sebagian sahabat Anshar yang lebih mempercayai ucapan tokoh munafik itu daripada Zaid. Ia berkata, “Boleh jadi ia (Zaid bin Arqam) hanya menduga-duga saja tentang apa yang dikatakan Abdullah bin Ubay.”
Kisah pembelaan dari Allah untuk sahabat Zaid Bin Arqam
Zaid menjadi sedih dengan perkembangan yang terjadi. Apa yang ia aporkan kepada Nabi SAW seolah-olah hanya dugaan dan rekaannya semata. Apalagi Rasulullah SAW sepertinya bisa menerima sumpah Abdullah bin Ubay. Bagaimanapun juga Ia masih anak-anak, dan tidak memiliki ketenaran dan kekuasaan seperti halnya Abdullah bin Ubay.
Dalam beberapa hari berikutnya Zaid bin Arqam mengurung diri di rumah, tidak menghadiri majelis Rasulullah SAW seperti biasanya. Pamannya sampai berkata, “Aku tidak bermaksud agar Rasulullah SAW membencimu dan tidak mempercayaimu lagi!”
Beberapa waktu kemudian, Allah SWT menurunkan Surah Al Munafiqun ayat 1. Yang isinya mengabarkan kedustaan yang orang orang munafik lakukan. Khususnya Abdullah bin Ubay. Nabi SAW mendatangi Zaid bin Arqam dan beliau membacakan wahyu yang baru beliau terima. Kemudian beliau bersabda, “Wahai Zaid, Sesungguhnya Allah telah membenarkanmu!”
Mari bergabung dalam komunitas pencinta pencinta siroh nabawi. Karena akan ada banyak kisah Siroh Nabi Muhammad ﷺ , para sahabat dan sahabiyah dan para Ulama yang dapat kita ambil hikmahnya.