Labbaikallahumma Labbaik
Labbaika La Syarika Laka Labbaik
Innal Hamda, Wa Ni’mata Laka Wal Mulku La Syarika Laka
Ucapan itu tidak asing lagi di setiap telinga umat islam. Itulah talbiyah yang diucapkan oleh para tamu Allah SWT (dhuyufur Rahman) yang menunaikan umrah ataupun haji. Dengan sepenuh hati dhuyufi Rahman mengucapkan talbiyah sesaat setelah menunaikan ihram di miqat hingga berada di depan ka’bah. Atau bila haji, lantunan suci itu diucapkan mulai mengenakan ihram hingga sampai di arafah. Bukan sembarang ucapan, melainkan ucapan pemenuhan terhadap panggilan Allah SWT. Ucapan yang sering kali disertai linangan air mata.
Betapa tidak? Bila seorang suami memanggil istrinya, “dik ajeng” sang istri akan menyahutnya dengan mengucapkan “labbaik” bila dalam bahasa kita kurang lebih, “ya..aku datang”. Aku segera memenuhi panggilanmu, duhai suamiku”. Talbiyah dalam umrah atau haji bukan untuk memenuhi panggilan dan seruan manusia, tapi untuk memenuhi seruan allah pencipta manusia. Karenanya, rasulullah SAW mencontohkanya dengan ungkapan yang bukan hanya indah, melainkan juga kandungannya begitu dalam. para tamu Allah SWT dengan syarat rasa khusyuk, tawadhu, dan penuh rasa rindu mengucapkan talbiyah tadi yang bermakna :
Ya allah, aku datang memenuhi panggilanmu
Ya allah, aku datang
Aku datang, tidak ada sekutu bagi-mu
Ya allah, aku datang
Sesungguhnya segala puji & segala kenikmatan adalah milikmu
Begitu juga kekuasaan
Tidak ada sekutu bagimu


Rindu
Kerinduan, itulah kata penting pertama dalam mewujudkan keinginan untuk berangkat umrah/haji. Lantas, rindu pada apa?
Pertama, rindu untuk dapat memenuhi seruan allah SWT.
Allah SWT berfirman pada QS. Ali Imran [3] : 97 yang artinya “Mengerjakan haji adalah kewajiban bagi manusia terhadap allah, yaitu bagi orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke baitullah”
“Dan sempurnakanlah haji & umrah karena allah” (TQS. Al-Baqarah[2] :196)
Napak tilas
Umrah adalah ibadah. Namun, sayang kalau waktu yang banyak tersisa disia-siakan. Banyak pengorbanan yang dikeluarkan . jauh-jauh meninggalkan sanak, family, & kampung halaman. Dana yang dikeluarkan tidak berbilang. Tenaga pun dicurahkan sangat besar. Supaya keberkahan bertambah, perjalanan umrah sejatinya dijadikan pula sebagai sarana untuk napak tilas perjuangan rasulullah SAW. Betapa rugi, siapa pun yang diberikan kesempatan oleh allah SWT untuk dapat mengunjungi makkah al-mukarramah & madinatul munawwarah tapi tidak dapat menikmati harumnya perjuangan nabi & para sahabatnya. Apalagi hanya sekedar berfoto, atau selfie. Memang, berfoto tidak apa – apa. Namun, saying bila umrah dijadikan sekedar ajang berekreasi. Padahal, umrah adalah ibadah. Juga, sarana menikmati dan menghayati perjuangan nabi. Banyak juga disana jejak – jejak peninggalan kekhilafahan islam. Dengan menyaksikan sejarah tersebut, insyallah kita akan makin bersyukur betapa banyaknya nikmati yang allah berikan.